Semua orang, tak terkecuali anak-anak sangat memerlukan privasi. Bagi  anak,  privasi berarti ruang dan waktu untuk melakukan suatu aktivitas tanpa  diawasi orang tua atau keluarga. Ada kalanya anak-anak memerlukan ruang  dan waktu untuk mengenali dan memahami dirinya, serta mencurahkan pengalaman perasaannya dengan menyendiri.  Misalnya ketika ia merasa kesal, marah atau sedih, ia menangis dan mengunci pintu kamarnya.
Sebuah hal yang wajar jika orang tua ingin mengetahui dan mengawasi  setiap kegiatan anak.  Akan tetapi, hal ini bisa membuat si kecil merasa terkungkung  kebebasannya. Privasi merupakan bagian dari kebutuhannya akan kebebasan  pribadinya dalam sebuah ikatan keluarga.  Karena itu, dengan memberikan dan menghargai privasi anak, orang tua  telah memberikan pengertian, serta kesempatan bagi anak untuk belajar memahami dan berdialog dengan dirinya sendiri.
Menurut Frank Furedi,  penulis buku Paranoid Parenting, hal itu sangat wajar. “Anak  juga terkadang ingin menyendiri, saat mereka merasa tidak nyaman dengan  lingkungannya. Mereka akan masuk ke kamar lalu mengunci pintu. Sebaiknya  Anda jangan marah. Anda harus mengerti itu dan memberinya sedikit waktu  hingga emosinya mereda,” ujarnya. Hal ini, tentu saja harus disertai  bimbingan dan perhatian. Membiarkannya sendiri dalam waktu tertentu  bukan berarti melepas kepedulian dan tanggung jawab sebagai orang tua,  tetapi lebih kepada memberikan kesempatan untuk berdamai dengan  pribadinya, menyalurkan dan meredakan emosinya.  Setelah itu, sewajibnyalah orang tua untuk mengajaknya sharing,  bertanya dengan bijak, memberikan pemahaman akan pentingnya berbagi masalah,  memberikan pengertian untuk mengungkapkan keinginan dan tidak perlu  bersembunyi jika menginginkan privasi, serta memberikan gambaran solusi  sesuai porsi logika anak-anak.
Lalu apa sebenarnya arti privasi buat anak?
Seperti halnya orang dewasa, anak memiliki keinginan, kepentingan  juga masalah yang tidak ingin diketahui dan dicampuri orang lain,  termasuk orang tuanya, keluarganya atau sahabatnya sebagai orang-orang  terdekatnya. Dalam diri setiap anak keinginan untuk bisa sendiri, belajar mengenali potensi dan kekuatannya sendiri untuk menghadapi sesuatu.  Dengan memberinya privasi berarti ia merasa dihargai, dimengerti dan  dipercayai oleh orang tuanya. Hal ini akan menumbuhkan rasa nyaman yang  akan berdampak positif dalam komunikasi antara anak dengan orang tuanya. Pengawasan dan pertanyaan yang terlalu  memaksakan hanya akan membuatnya merasa tidak dipercaya, sehingga ia  malas berkomunikasi dengan orang tuanya.
Seiring perkembangannya, pengertian, kepercayaan dan penghargaan akan  privasi tersebut memiliki manfaat dalam menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri anak atas apa yang dilakukannya. Anak juga akan belajar menghadapi masalah  dengan mengoptimalkan kemampuannya sebelum meminta bantuan terhadap  orang tuanya, dan yang paling penting, jalinan komunikasi orang tua  dengan anak akan lebih nyaman, serta intensif sebagai sebuah keluarga.  Semoga (Nia Hidayati)
 
 
 
No comments:
Post a Comment
Apa Komentar Anda?