Monday, November 8, 2010

DIBALIK SEBUTIR NASI

Assalammua'laikum Warrahmatullahi Wabarrahkatuh,

"Sesungguhnya mubadzir ( pemborosan ) itu saudara-saudara syaithan".
(Isro' / 27)

Sahabat yang dicintai Allah SWT, terfikirkah oleh kita bahwa ketika
sebuah hidangan telah siap di meja dan siap untuk kita nikmati, ada
sekian banyak faktor pendahulu yang mesti menjadi renungan bagi kita
semua agar rasa syukur kita kepada Allah SWT makin terasah dan
berkualitas.

Ada sekian banyak petani yang banting tulang peras keringat untuk
membajak, menanam dan mengairi sawah untuk sepiring nasi dan semangkuk
sayur kita, ada para peternak yang dengan penuh kesabaran memelihara
hewan ternaknya untuk sekerat lauk buat kita, ada sekian banyak kuli
panggul, tukang masak, dan para buruh lainnya yang siap memberikan
pelayanan untuk kepuasan kita. Dan masih banyak faktor lain yang perlu
kita cari dan kita renungkan.

Berikut ini kisah yang akan memicu kita menjadi hamba yang sangat
mensukuri nikmat Allah SWT.

Dikisahkan di sebuah kerajaan kecil,sang raja mempunyai seorang putra
yang sangat di manjakan. Merasa sebagai anak semata wayang sekaligus
putra mahkta kerajaan,dia tumbuh menjadi remaja yang urakan,tidak tahu
sopan santun dan tidak mau menghargai Orang lain.Ia bahkan suka
melecehkan para pengasuhnya. Karena itu,pangeran kecil ini di benci dan
di hindari oleh para pengasuh maupun pegawai istana lainnya.

Walau di benci dan di jauhi,pangeran kecil ini masih punya satu-satunya
sahabat seusia yang setia kepadanya, yaitu si bocah laki-laki anak dari
si juru masak istana. Si bocah tinggal di bangunan kecil jauh di
belakang istana kerajaan. Karena dilarang menginjakkan kakinya ke dalam
istana, maka sang pangeran kecillah yang biasanya datang bermain ke
rumah si bocah.

Suatu hari, pangeran kecil meminta bocah untuk menemaninya makan siang
di ruang makan istana. Bukan menemani makan, tetapi berdiri manis
menunggui sambil melihat sang pangeran makan. Sesaat sebelum makan,
pangeran kecil terlihat menundukkan kepala sambil mulutnya
berkomat-kamit seolah sedang berdoa. Sejenak kemudian, pangeran kecil
mulai melahap hidangan yang tersaji di meja makan. Semua jenis makanan
yang enak, enak dan mahal dicicipi. Sang Pangeran bersantap sambil
bertingkah seperti orang yang sedang kelaparan dan ingin menghabiskan
semua makanan di atas meja. Kadang ia hanya mencuil dan menggigit
makanannya, lalu memuntahkan dan membuang sisanya di meja. Meja makan
jadi berantakan dan sisa-sisa makanan berserakan di mana-mana. Sang
pangeran seperti sedang mengolok-olok sahabatnya yang hanya berdiri
memandanginya.

Tapi bukannya merasa dihina, si bocah kecil itu malah tersenyum-senyum
sedari tadi. Pangeran kecil pun jadi tersinggung dan marah melihat
kelakuan sahabatnya. "Hai... apa yang kamu tertawakan? Beraninya kamu
tertawa seperti itu dihadapanku ? Kamu iri melihat aku makan enak?"
teriak pangeran kecil. " tidak, tidak ada apa-apa...," jawab si bocah.
"kalau tidak ada apa-apa, mengapa kamu tertawa ? Apanya yang lucu ?"
tanya sang pangeran sengit." Pangeran jangan cepat marah. Hamba sungguh
senang dan tidak menyangka sama sekali, bahwa seorang pangeran pun
ternyata juga berdoa sebelum makan. Apa yang pengeran ucapkan dalam doa
tadi?" tanya si bocah.

"Walaupun aku seorang pangeran, aku juga orang beragama. Di agamaku
sejak kecil diajarkan, supaya setiap hendak makan mengucapkan doa
terimakasih kepada yang maha kuasa, atas pemberian makanan yang
dihidangkan untukku," jelas sang pangeran dengan bangga. Si bocah kecil
tetap saja tersenyum-senyum. Tapi kali ini ia berani berkata demikian,"
menurut pendapat hamba yang mulia, rasa syukur dan terimakasih itu akan
lebih berarti bila ditujukan juga kepada orang-orang yang telah
menyediakan semua bahan makanan, dan memasak hingga tersaji hidangan di
meja ini," kata si bocah."Lihatlah sisa makanan yang berceceran di
piring dan meja itu. Perlu berapa orang untuk membuat itu semua?" "apa
maksud kata-katamu itu ? Aku kan seorang pangeran yang boleh berbuat apa
saja sesuai kehendakku..." kilah sang pangeran .

Tanpa banyak mendebat si bocah tadi mengajak Sang Pangeran menuju ke
dapur istana untuk melihat para pekerja dapur yang begitu sibuk
menyiapakan makanan serta membuat berbagai macam masakan. Saat mereka
berkeliling, dari pintu belakan istana tampak seorang petani sedang
membawa sekarung beras sebagai hantaran wajib ke istana. Pangeran kecil
menyapa si petani bak seorang raja yang berkuasa,"hai...paman...terima
kasih atas persembahanmu, bagaimana panen padi kali ini?" tanya sang
pangeran berlagak bijak."panen kali ini buruk sekali,Tuan,"jawab si
petani ketakutan."sudah tiga bulan kami bekerja keras, dari membajak,
menanam, mengairi sawah sampai memupuk tanaman, tapi hasilnya sia-sia .
Sawah ladang dihancurkan tikus dan hama wereng. Jadi, ampuni kami karena
hanya mampu mempersembahkan sekarung beras ini, hanya itu yang kami
punya. Karena kami pun belum tahu bagaimana memberi makan anak istri
kami," ujarnya sambil menghela nafas panjang.

Mendengar jawaban itu, pangeran kecil tesentak dan baru tersadar.
Ternyata rakyatnya sangat menderita dan terancam kelaparan.Sementara
dirinya malah menyia-nyiakan dan membuang-buang makanan yang begitu
beharga.sang pangeran kecil kemudian lari meninggalkan tempat itu karena
merasa malu pada diri sendiri. Sejak peristiwa itu, tingkah laku
pengeran kecil berubah total. Ia menjadi anak yang sopan dan mau
menghargai orang lain. Setiap kali makan, ia selalu mengingatkan dirinya
sendiri, "jangan sisakan sebutir nasipun di piringmu...!"

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat
kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih (QS 14:7)

Mulai saat ini jika masih ada tersisa hidangan di piring kita, ingatlah
masih ada jutaan saudara kita yang masih kekurangan gizi dan makan.

Jangan sia-siakan yang tersisa, Abadikan dengan Sedekah,

Wassalam,

No comments:

Post a Comment

Apa Komentar Anda?

Cool Blue Outer Glow Pointer