Thursday, November 4, 2010

Aspek-Aspek Ruhaniyyah dari Puasa

(Tafsir Al-Baqarah ayat 183)


Sumber: http://www.al-ikhwan.net/?p=67

1 Oktober 2006 | 8 Ramadhan 1427 H

Allah SWT berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al Baqarah, 2:183)

"Wahai orang-orang yang beriman." : Kata ini bermakna takhshish (pengkhususan) dari Sang Maha Pencipta langit dan bumi kepada sedikit di antara makhluk-NYA yang dicintai-NYA. Maka panggilan itupun begitu lembut dan penuh kasih, dengan menyebutkan aspek kedekatan dan keakraban-NYA dengan kelompok tersebut. "Wahai orang-orang yang telah beriman." Pantaslah bahwa diriwayatkan jika para sahabat RA ketika mereka sedang berbicara atau melakukan suatu kegiatan jika mereka mendengar kata "wahai orang-orang yang telah beriman." maka mereka seketika terdiam dengan khusyu' mendengarkan apa kelanjutan firman-NYA, jika mereka telah melaksanakan perintah tersebut maka mereka bersyukur dan jika belum maka mereka berusaha untuk segera melaksanakannya.

"telah diwajibkan atasmu berpuasa" : Kata "kutiba" bermakna "furidha 'alaykum" (telah diwajibkan atas kalian semua yang telah beriman) untuk berpuasa. Kewajiban tersebut dijelaskan oleh ayat ini dan juga oleh beberapa hadits shahih, di antaranya yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar ra : "Islam itu dibangun atas 5 hal, bersaksi bahwa tiada Ilah kecuali ALLAH, menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan berhaji ke BaituLLAH jika memiliki kemampuan." Demikian pula bahwa para ulama salaf (terdahulu) dan khalaf (kontemporer) yang shalih telah ijma' (bersepakat) tentang wajibnya puasa Ramadhan, sehingga jika ada yang menyatakan bahwa puasa Ramadhan tidak wajib maka perkatannya itu tertolak.

"sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian" : Puasa adalah juga merupakan syariat para nabi-nabi sebelum Muhammad SAW dan iapun juga merupakan syariat orang-orang shalih dimasa terdahulu. Puasa mereka semua adalah jauh lebih berat dari puasa kita (ummat Muhammad SAW). Lihatlah bagaimana puasa nabi yang shalih Zakariyya AS yang selain tidak makan dan minum juga TIDAK BOLEH BERBICARA (QS. Maryam, 19:10) kecuali hanya boleh memberikan isyarat saja (QS Ali Imran, 3:41), demikian pula Maryam AS yang sezaman dengannya (QS Maryam, 19:26). ALLAH SWT pun menjelaskan kepada kita tentang puasanya Thaluth AS yang hanya dibolehkan berbuka hanya dengan seteguk air saja dan tidak boleh lebih (QS al-Baqarah, 2:249). Atau juga puasa nabi Daud AS yang disebut sebagai sebaik-baik puasa oleh nabi Muhammad SAW, yaitu sehari puasa dan sehari berbuka seumur hidupnya.

"mudah-mudahan kalian menjadi orang yang bertaqwa" : Puasa yang ikhlas dan benar akan mengantarkan pelakunya kepada sifat taqwa. Tidaklah setiap amal dalam Islam kecuali memiliki faidah kepada yang melakukannya, tentang shalat ALLAH SWT menyebutkan bahwa ia dapat mencegah pelakunya dari perbuatan yang keji dan munkar (QS al-Ankabut, 29:45), tentang zakat ALLAH SWT menyebutkannya sebagai untuk membersihkan (harta) dan mensucikan (hati) mereka (QS at-Taubah, 9:103), dst. Taqwa bukanlah sebuah perhentian tapi ia adalah sebuah proses yang tidak akan pernah berhenti sampai kita menghadap ALLAH SWT, hal ini digambarkan dalam hiwar (diskusi) antara 2 orang sahabat mulia yaitu Umar bin Khattab ra dan Ubay bin Ka'ab ra, kata Umar ra : "Wahai Ubay apakah taqwa itu menurutmu?" Jawab Ubay ra : "Wahai Amirul Mu'minin pernahkah anda melalui suatu jalan yang penuh dengan duri?" Maka jawab Umar ra : "Pernah." Kata Ubay ra : "Lalu apa yang anda lakukan ketika itu?" Jawab Umar ra : "Aku bersungguh-sungguh dan berhati-hati (IJTAHADTU WA SYAMMARTU)." Maka kata Ubay ra : "Itulah yang disebut taqwa."

No comments:

Post a Comment

Apa Komentar Anda?

Cool Blue Outer Glow Pointer