Sebagai premis, ada riwayat israiliyat  tentang rahasia siapakah orang yang berbahagia lantaran dosa-dosanya  tidak dicatat malaikat. Riwayat ini disebutkan oleh Imam Ahmad dalam  kitabnya, az Zuhd.
حَدَّثَنَا أَيُّوْبٌ الْفِلِسْطِيْنِيُّ قَالَ : « مَكْتُوْبٌ فِيْ مَزَامِيْرِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ : تَدْرِيْ لِمَنْ أَغْفِرُ مِنْ عِبَادِيْ ؟ قَالَ : لِمَنْ ، يَا رَبِّ ؟ قَالَ : لِلَّذِيْ إِذَا أَذْنَبَ ذَنْبًا اِرْتَعَدَتْ لِذَلِكَ مَفَاصِلُهُ ؛ ذَاكَ الَّذِيْ آمُرُ مَلَائِكَتِيْ أَنْ لَا تَكْتُبَ عَلَيْهِ ذَلِكَ الذَّنْبَ » Ayyub Al-Filisthini berkata, “Tertulis di dalam mazamir Dawud ‘Alaihis salam, “Apakah kamu tahu siapakah hamba-hamba-Ku yang Aku ampuni?” Dawud menjawab, “Siapa wahai Rabb?” Allah menjawab, “Yaitu orang-orang yang ketika berbuat dosa, sendi-sendi tubuhnya menggigil karena teringat dosanya; itulah hamba yang Aku perintahkan para Malaikat-Ku untuk tidak menuliskan dosa tersebut untuknya.” (Az-Zuhd, hlm. 109).
Betapa generasi shalafus shalih telah  melahirkan orang-orang yang terbaik di zamannya, yang sangat sulit akan  ditemukan pada zaman ini. Seperti diriwayatkan dari jabir bin Abdullah  al Anshari radhiyallahu anhu: “Ada seorang pemuda Anshar masuk  Islam, bernama Tsa’labah bin Abdurrahman”, ucapnya. Pemuda itu sangat  senang dapat melayani Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Suatu ketika Rasulullah Shallahu ‘Alaihi  wa Sallam menyuruhnya untuk suatu keperluan, maka pemuda itu melewati  sebuah pintu rumah lelaki Anshar, dan pemuda itu melihat seorang wanita  Anshar sedang mandi. Lalu, pemuda yang bernama Tsa’labah itu, takut  kalau Allah menurunkan wahyu kepada Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa  Sallam, dan memberitahukan tentang perbuatannya, maka ia pun lari  sekencang-kencangnya menuju gunung-gunung yang ada antara Mekah dan  Madinah untuk bersembunyi.
Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam,  kehilangan Tsa’labah selama empat puluh hari, maka turunlah Jibril  alaihis sallam kepada Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan mengatakan, “Wahai  Muhammad, sesungguhnya Tuhanmu mengirimkan salam dan berfirman kepadamu  , “Sesungguhnya ada seorang lekaki dari umatmu telah berada di  gunung-gunung ini memohon perlindungan kepada-Ku”.
Maka, Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam,  bersabda, “Wahai Umar dan Salman carilah Tsa’labah bin Abdurrahman dan  bawalah ia kepadaku”. Selanjutnya, Umar bersama dengan Salman berjalan  keluar dari jalan-jalan Madinah, dan bertemu dengan seorang pengembala  di Madinah bernama Dzufafah, dan Umar bertanya kepadanya, “Apakah kamu  tahu seorang pemuda yang berada di gunung ini, namnya Tsa’labah?”.  Dzufafah menjawab, “Barangkali maksudmu adalah lelaki yang lari dari neraka jahanam?”. Umar bertanya, “Apakah yang kamu maksudkan bahwa ia lari dari neraka jahanam?”.
Dzufafah menjawab, “Karena, jika di  waktu malam telah tiba, maka ia datang kepada kami dari tengah  gunung-gunung ini dengan meletakkan tangannya diatas kepalanya sambil  berteriak, “Wahai, seandainya, Engkau cabut nyawaku, dan Engkau matikan tubuhku, dan tidak membiarkan untuk menunggu keputusan takdir-Mu”. Dan, Umar menjawab, “Dialah lelaki yang kami maksudkan”, ucapnya.
Kemudian, Umar datang kepadanya dan  mendekapnya, dan Tsa’labah bekata, “Wahai Umar. Apakah Rasulullah  Shallahu ‘Alaihi wa Sallam, tahu tentang dosaku?”. Umar menjawab, “ Saya  tidak tahu, hanya kemarin beliau menyebutmu, lalu menyuruhku dengan  Salman mencarimu”. Tsa’labah berkata, “Wahai Umar, janganlah engkau bawa  aku kepada Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam, kecuali beliau sedang  shalat. Maka, Umar segera kedalam barisan shalat bersama dengan Salman.  Dan, ketika Tsa’labah mendengar bacaan Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam  jatuh pingsan.
Ketika Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa  Sallam sudah salam, Beliau bersabda, “Wahai Umar, wahai Salman apa yang  dilakukan Tsa’labah?”. Keduanya menjawab, “Ini dia Rasulullah”.  Kemudian, Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam berdiri menggerak-gerakan  badan Tsa’labah, dan membangunkannya”. Lalu, Rasulullah bertanya,  “Mengapa engkau menghilang dariku?”. “Dosaku sangat besar, wahai  Rasulullah”, ucap Tsa’labah. Dan, Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam,  bersabda, “Tidakkah aku pernah tunjukkan kepadamu ayat yang menerangkan penghapusan dosa dan kesalahan”. “Ya, wahai Rasulullah”, jawab Tsa’labah. Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam, bersabda, “Bacalah”. “ …Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka”. (al-Baqarah : 201).
Tsa’labah berkata, “Wahai Rasulullah, dosaku sangat besar”. Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Bahkan firman Allahlah yang paling besar”.  Kemudian, beliau menyuruhnya pulang ke rumahnya. Sejak itu, Tsa’labah  sakit selama delapan hari, kemudian datang Salman kepada Rasulullah  Shallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan berkata, “Wahai Rasulullah, sudah tahukah engkau berita tentang Tsa’labah? Sesungguhnya, ia sedang sakit keras, karena perasaan dosanya”. “Marilah kita menjenguknya”, ucap Rasulullah.
Sesudah Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa  Sallam, sampai di rumah Tsa’labah, meletakkan kepala Tsa’labah diantas  pangkuannya. Tetapi, setiap kepalanya diletakkan dipangkuan Rasulullah,  selalu Tsa’labah menggesernya. “Kenapa kamu geserkan kepalamu dari pangkuanku?”, tanya Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam. “Kapalaku penuh dengan dosa, wahai Rasulullah”, jawab Tsa’labah. Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya , “Apakah yang kamu lakukan?”, tanya Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam. “Seperti rayap dan semut berada diantara tulang, daging dan kulitku”, jawab Tsa’labah. “Apakah yang kamu senangi?”, tanya Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam. “Ampunan Tuhanku”, jawab Tsa’labah.
Kemudian, Jabir berkata, “Ketika itu turunlah Jibril Alaihisallam, mengatakan, “Wahai  Muhammad, sesungguhnya Tuhanmu mengirimkan salam padamu, dan berfirman,  “JIka hamba-Ku ini menemui-Ku dengan dosa sejengkal tanah, maka Aku  akan menemui dengan sejengkal ampunan”. Ketika itu, Rasulullah  Shallahu ‘Alaihi wa Sallam memberitahu Tsa’labah, dan seketika itu,  Shahabat Tsa’labat menjerit, karena senang, dan kemudian meninggal.
Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam,  menyuruh para Shahabat lainnya,memandikan dan mengkafaninya. Ketika,  beliau meshalatinya, belaiu datang berjalan dengan merangkak. Ketika  dimakamkan, beliau ditanya, “Wahai Rasulullah, kami melihatmu berjalan  merangkak”. Kemudian, Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Demi  Allah yang telah mengutusku sebagai Nabi dengan haq, aku tidak bisa  meletakkan kakiku diatas bumi, karena banyaknya malaikat yang turun  mengantarkan jenazah Tsa’labah”.  Wallahu’alam. [sumber; eramuslim.com]
 
 
 
No comments:
Post a Comment
Apa Komentar Anda?